BALIKPAPAN (KL). Lima belas tahun yang lalu Aditya Setiawan (43) datang ke Kota Balikpapan hanya bermodalkan bakatnya dibidang kuliner. Aditya yang kelahiran Jawa asli ini memiliki bakat yang tak biasanya orang Jawa. Pria kelahiran Tulung Agung Jawa Timur ini justru jago dalam membuat masakan khas Sulawesi Selatan, yaitu “ coto makasar “.
Meski berdarah Jawa, coto makasarnya pun tidak kalah enak dengan coto makasar yang ada di Balikpapan. Bahkan dengan keahliannya tersebut, usaha coto makasarnya kini sudah memiliki pelanggan sendiri.
Sejak mengemper dari tahun 2000 lalu, coto makasar yang diberi nama “Coto Makasar Begadang” ini menjadi branding sendiri dikalangan penikmat makanan tersebut. Nama begadang sendiri diambil dari awal kali merintis usaha coto makasar di Kota Balikpapan, yaitu berjualan dari pukul 5 sore sampai pukul 5 subuh. Dulu, banyak orang yang mencari makanan ditengah malam, maka dikasih namalah Coto Makasar Begadang. Lama kelamaan nama coto makasar begadangpun makin dikenal orang. Warungnya yang beralamat di Jl A. Yani Balikpapan ini selalu rame dikunjungin penikmat coto makasar. “Mereka umumnya pekerja lembur atau mereka yang pulang malam,” tutur Aditya.
Usahanya pun mulai tumbuh dan berkembang. Pembelinyapun mulai banyak yang berdatangan dari luarkota Balikpapan. Bukan hanya kalangan pejabat yang saja datang, ada juga artis dan pemain bola luar kota. Namun Aditya, tidak kemaruk. Meski pengunjungnya sudah rame, ia tetap menjaga kualitas coto makasarnya. “ Kita membuat terbatas mas, karena kita menjaga rasa, “ tutur Aditya.
Menurut Aditya, sehari ia hanya bisa menghabiskan 15 kg daging dan jeroan sapi seperti babat, usus, dan jantung. Bahan-bahan baku tersebut sudah ada yang suplai secara rutin. Meski sudah dikenal dengan nama coto begadang, namun Aditya tidak lagi buka sampai jam 5 subuh. Ia membatasi jam bukanya hanya sampai jam 12 malam saja. (KL-Ton)